Kapal Republik Indonesia (KRI) kelas Multi Role Light Fregate (MRLF) KRI
Usman Harun (USH)-359 melintas diperairan Karimunjawa, Jawa Tengah,
Minggu (28/9/2014). [Antara/M Risyal Hidayat] -
Jakarta – Untuk pertama kalinya dalam 400 tahun,
Asia menghabiskan uang lebih banyak untuk angkatan lautnya dibandingkan
Eropa. Negara-negara Asia dinilai sedang gencar-gencarnya melakukan
perbaikan dalam bidang pertahanan maritim.
Asia Tenggara, khususnya, diprediksi akan membelanjakan lebih dari
US$25 miliar untuk membeli kapal-kapal perang baru hingga 2031. Kapal
patroli, fregat, dan kapal amfibi akan mendominasi proyek-proyek
pertahanan laut di masa depan.
Pernyataan itu dilontarkan oleh Geoffrey Till, profesor emeritus di
bidang studi maritim King’s College London. “Angkatan laut negara-negara
Asia berinvestasi dalam rudal antikapal, teknologi bawah laut, dan
sisem pengamatan maritim,” kata Till dalam di Hotel Le Meridien,
Jakarta, Rabu (4/3).
Till berpendapat Indonesia telah memahami perlunya investasi
komersial skala besar untuk fasilitas pelabuhan, basis industri maritim,
kesadaran akan daerah kekuasaan maritim, hingga pasukan penjaga pantai.
“Hambatannya hanyalah minimnya ketersediaan dana,” ujarnya.
Lebih lanjut, Till menjelaskan negara perlu berinvestasi untuk
angkatan lautnya untuk dapat mempertahankan otonomi strategis mereka di
masa mendatang. “Namun, pada umumnya, pembangunan basis industri
pertahanan memerlukan biaya yang mahal dalam jangka pendek,” kata Till.
Persaingan Asia-Pasifik
Till berpendapat persaingan semakin ketat di antara negara-negara
Asia-Pasifik. Apalagi, dengan adanya konsep Presiden Tiongkok Xi Jinping
tentang Jalur Sutra Maritim.
“Beberapa pengamat bahkan melihat prospek semacam persaingan senjata
angkatan laut di Asia Pasifik,” ujar Till. Vietnam, misalnya, mulai
merambah dalam pengadaan kapal selam.
Meski begitu, Till berpendapat negara-negara Asia Pasifik seharusnya
bisa berkolaborasi untuk melakukan pertahanan maritim, contohnya dalam
hal memerangi penangkapan ikan secara ilegal.
“Kolaborasi itu bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga sebuah kebutuhan untuk kepentingan bersama,” ujarnya. (CNN Indonesia)
Posting Komentar