-
R
Ilustrasi melepas baterai laptop. ©2013 PCWorld.com
Merdeka.com - Teknologi bukan hanya bisa membantu manusia, tetapi juga membahayakan mereka. Salah satunya yang menjadi sorotan adalah baterai laptop.
Baterai laptop sampai saat ini mungkin adalah baterai lithium-ion terbesar digadget milik manusia, sehingga potensi ledakannya semakin besar. Bahkan, sebagian penerbangan Amerika telah menolak mengangkut baterai lithium-ion di pesawat mereka.
Alasannya? Pihak maskapai tidak mau muatan 5.000 baterai lithium-ion yang biasa mereka angkut mengalami masalah seperti konsleting dan meledak di tengah perjalanan.
Namun, pihak pengelola perusahaan kereta api Amerika mengaku baterai lithium-ion tidak berbahaya. Menurut mereka, baterai lithium-ion masih kalah berbahaya dengan benda lain yang mereka pernah bawa, misalnya minyak, oksigen, dan limbah nuklir yang rawan meledak.
Perwakilan pengelola kereta api Amerika, Ed Greenberg, mengaku bila belum ada kecelakaan akibat baterai lithium-ion selama 25 tahun di perkeretaapian Amerika.
Jika baterai lithium-ion dalam jumlah besar seperti yang diangkut oleh kereta api saja tidak berbahaya, maka sangat minim kemungkinan baterai laptop Anda bisa mematikan meski meledak sekalipun.
"Walaupun dulu ada kasus ledakan baterai lithium-ion, saat ini ilmuwan sudah melakukan pengembangan lebih jauh. Mereka memperbaiki desain baterai, zat kimia, dan bahan pelindung baterai agar tidak ada panas berlebih yang lolos," ujar Dan Hearsh, direktur dari perusahaan kolsultan teknologi AlixPartners, Phys.org (03/02).
Melihat hal itu, Hearsh menambahkan munculnya masalah fatal akibat gadget yang memakai baterai lithium-ion, seperti smartphone, tablet, hingga laptop sangat kecil.
Posting Komentar