Jakarta - Dewasa ini, kasus narkoba sudah sangat
merisaukan, bahkan dapat dikatakan Indonesia telah berada dalam status,
'darurat narkoba'. Demikian pula ditemukannya banyak kasus-kasus
narkoba, yang menghinggapi para generasi muda, mulai dari level artis,
penegak hukum, hingga masyarkat umum.
Padahal narkoba ini sangat
berbahaya bagi generasi penerus. Bahaya narkoba tersebut karena
berhubungan dengan efek ketagihan atau kecanduaan, yang dalam istilah
kedokteran disebut "Addiction Effect".
Bahkan presiden Jokowi,
telah mengumumkan bahwa, sekitar 50 jiwa generasi kita yang meninggal
karena narkoba, setiap harinya, yang berarti, berjumlah 18 ribu jiwa
melayang setiap tahunnya. Diyakini, sekitar 4,5 juta orang yang harus
direhabilitasi. Melihat kenyataan, tersebut sehingga Presiden Joko
Widodo, mengambil langkah tegas, berupa hukuman mati bagi pengedar
narkotika, walaupun Keputusan tersebut mengalami perlawanan dari
berbagai pemimpin dunia, seperti, Perdana menteri Australia, dan
Presiden Brasil.
Ancaman Narkotika pada Kesehatan
Narkotika
adalah setiap senyawa psikoaktif dengan sifat yang menginduksi system
saraf pusat. Misalnya: morfin, heroin dan turunannya, seperti xanax.
Dari
sudut pandang farmakologi, narkotika digunakan hanya untuk
menghilangkan rasa sakit yang parah. Ketika digunakan dengan hati-hati
dan di bawah perawatan langsung dokter, obat ini dapat efektif dalam
mengurangi rasa sakit. Narkotika bekerja dengan mengikat reseptor di
otak dan memblokir rasa sakit. Sehingga, obat ini bekerja dengan baik
untuk menghilangkan rasa sakit dalam jangka pendek.
Namun
narkotik in dapat memberikan efek ketagihan. Kecanduan narkoba
ditunjukkan oleh penderita, yang tidak dapat mengontrol penggunaan
narkoba yang secara terus menerus. Kecanduan narkoba dapat menimbulkan
keinginan kuat untuk senantiasa menggunakan obat
Kecanduan narkoba dapat menyebabkan akibat yang sangat serius, dengan
konsekuensi jangka panjang, yang berhubungan dengan kesehatan fisik,
mental, pekerjaan, dan hukum. Dengan akibat yang berbahaya tersebut,
penderita membutuhkan bantuan dari dokter, keluarga, teman, pendukung
atau bahkan program pengobatan terorganisir untuk mengatasi kecanduan
narkoba.
Kecanduan narkotika, selain memberikan efek euforia,
juga memberikan dampak ketagihan yang serius, berupa: kegagalan
penderita untuk berhenti menggunakan narkotika kaibat ketergantungan,
gangguan persepsi visual, pendengaran dan rasa, memori yang buruk
(penurunan daya ingat), peningkatan tekanan darah dan denyut jantung,
mata merah, koordinasi penurunan, kesulitan berkonsentrasi, peningkatan
nafsu makan, perlambatan reaksi, berpikir paranoid, delusi dan euforia.
Bahkan
pada dosis tinggi, mereka dapat menyebabkan kejang, koma dan kematian.
Para penyalahguna narkotika merasakan perasaan senang (euforia), tetapi
harus diingat bahwa narkotika adalah zat beracun. Mereka merasa
terus-menerus dibuat tidak sadar bahwa penyalahgunaan narkoba jangka
panjang dapat berakibat buruk bagi kesehatan bahkan sebagai pembunuh.
Proses
kematian akibat narkoba, adalah sebagian besar kasus overdosis narkoba
yang melibatkan penggunaan lebih dari satu obat dengan efek sinergi dari
obat yang mematikan. Sebagian besar kematian ini pada akhirnya hasil
dari kegagalan pernapasan. Narkotik meningkatkan efek dari
neurotransmitter yang disebut endorfin dan enkephalins dengan bertindak
pada reseptor saraf sebagai bahan kimia alami dalam tubuh. Mereka
menekan rasa sakit, mengurangi kecemasan, dan pada dosis tinggi cukup
menghasilkan euforia. Dosis toksik heroin meningkatkan efek penghambatan
GABA (gamma-aminobutyric acid-red), yang menyebabkan kegagalan jantung
dan fungsi.
Narkoba dan Ancaman Dunia
Dengan
fakta di atas, sehingga sekarang ini, Indonesia berada dalam status
darurat narkoba. Menjadi fakta dalam dunia global dewasa ini, peredaran
dan jaringan atau mafia global narkoba telah diakui sebagai ancaman
global. Narkoba, juga dianggap sebagai ancaman yang sangat serius di
dunia.
Mafia narkoba tersebut, memiliki jaringan kartel-kartel
obat bius yang terus hidup dan berkembang, bahkan telah menjadi jaringan
raksasa global yang sangat membahayakan eksistensi bangsa dan negara di
berbagai belahan Bumi. Demikian pula jaringan narkoba memiliki hubungan
yang sangat erat dengan premanisme, kriminalitas, kejahatan
terorganisasi geng-geng, bahkan jaringan mafia yang mengarah kepada
kekerasan dan bahkan teror.
Dengan pertimbangan ancaman peredaran narkoba dan kejahatan
terorganisasi yang sangat berbahaya. Bahkan, dalam sejarah, kebesaran
dan kekuatan negara-negara tradisional di Nusantara mengalami
kemerosotan dan kemudian runtuh dalam kolonialisme Barat, yang salah
satu faktornya adalah akibat peredaran candu yang secara sistematis di
sengaja disebarluaskan untuk melumpuhkan kekuatan rakyat dan aparatur
Negara, oleh para kolonialis.
Penggunaan narkotika sebagai gaya
hidup baru dalam pergaulan keseharian orang masyarakat Indonesia, dapat
melumpuhkan kekuatan orang-orang yang dikenal sebagai etnis paling ulet,
telaten, sabar, rajin, sederhana, dan pantang menyerah. Kecerdasan dan
kreativitas yang dibuktikan selama berabad-abad membangun peradaban,
perlahan-lahan runtuh dan terpuruk dalam ketidak-berdayaan akibat
narkotika.
Kecanduan narkotika, selain akan menghabiskan kekayaan
negara, juga menjadi ancaman nasional dan internasional yang sangat.
Sehingga perlu diantisipasi secara terpadu dan terintegral untuk
mengatasi akibat sangat buruk dari peredaran narkotik. Tugas tersebut
harus diemban bagi seluruh anak bangsa, dengan melibatkan semua
golongan: Polri, militer,sipil, akademisi, media massa, tokoh keagamaan,
dan generasi muda untuk bersama-sama melawan berkembang dan beredarnya
narkotika secara holistik dan terintegrasi demi menangkal keahncuran
Indonesia.
Pencegahan tersebut, dapat dilakukan, dengan
memangkas jaringan peredaran narkotika, mulai dari hilir hingga hulu.
Dengan melakukan tindakan tegas dan bahkan hukuman mati, kepada para
pengedar narkotika.(detik.com)
*) Dr. Taruna Ikrar, PhD adalah Staf Akademik, University of California, Amerika Serikat, dan Wakil Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional
Posting Komentar