Merdeka.com - Halo
mbak Anindya Putri, Perkenalkan, nama saya Agus Mulyadi mbak. Kalau
mbak masih ingat, kemarin kamis, kita sempat ketemu walau hanya sejenak
di studio sebuah stasiun televisi di Kampung Melayu. Saya yang waktu itu
pakai kaos warna hijau mbak, pakai sandal cepit Swallow. Ingat ndak
mbak?
Ah, sampeyan pasti ndak ingat ya mbak. Tak apa, saya
memang sudah biasa dilupakan kok mbak. Apalah saya ini mbak, hanya
penjepit hasduk pramuka, yang hanya penting saat dibutuhkan selebihnya
dilupakan begitu saja.
Jujur ya mbak, kemarin itu saya
benar-benar ndak nyangka bisa ketemu sampeyan mbak. Sosok sampeyan
benar-benar persis seperti di foto yang terpampang di aneka portal
berita tanah air. Sampeyan cantik, tinggi, putih, langsing, juga murah senyum. Lumrah sih, namanya juga Puteri Indonesia.
Sewaktu
ketemu, saya lihat, mbak benar-benar nampak semringah. Sangat kontras
dengan polemik kaos palu arit yang sedang menimpa mbak.
Agaknya mbak Anin memang wanita yang tegar. Duh, tipe saya sekali.
Saya
sebenarnya ingin ngobrol banyak lho, mbak. Pengen menanyakan perihal
perasaan mbak karena omongan miring orang-orang Indonesia yang sedikit
banyak masih terlalu nggumunan itu. Tapi apalah daya saya mbak,
jangankan untuk menanyakan soal kaos palu arit, lha wong sekadar minta
foto atau minta salaman saja saya ndak berani (iya mbak, saya memang
jejaka lemah).
Tapi ndak apa, toh saya tetap bisa mengulik sedikit informasi tersebut lewat aneka media online.
Mbak Anin, saya benar-benar dibuat kaget lho. Saya baca
berita,
ternyata Front Pembela Islam (tepatnya, FPI Solo Raya) berusaha untuk
mempolisikan mbak karena sudah memakai kaos palu arit itu mbak.
Tuduhannya lumayan serius: mempengaruhi dan melakukan penyebaran paham
komunis. Welhadalah, yang sabar ya mbak.
Nah, yang lebih bikin
saya kaget lagi mbak, adalah komentar dari Pongky Yoga Wiguna, Kuasa
Hukum FPI Solo Raya kepada wartawan terkait proses pelaporan ini. Begini
katanya:
"Salah satunya karena melanggar syariat karena komunis
tidak mengenal Tuhan. Kami berharap karena ini diduga melanggar
ketentuan pidana sehingga patut diproses dan semua yang bersangkutan,
pelaku dapat ditindak tegas. Sesuai hukum yang berlaku di Indonesia."
Aduh
mbak, kalau jadi mbak, mungkin saya sudah berulang kali menyentuh jidat
dengan punggung tangan sambil bilang "capek deeehhh!"
Tapi
nyatanya, kita memang berbeda mbak. Sebagai Puteri Indonesia yang baik
dan berbudi luhur, mbak Anin pasti berbaik sangka sama mas Pongky dan
kawan-kawan ini.
Ya Mungkin saja mas Pongky ini ndak tahu kalau
Musso adalah anak pesantren yang taat, mungkin beliau ndak tahu kalau
Tan Malaka adalah pemeluk Islam yang teguh sampai akhir hayat, dan
mungkin beliau juga ndak tahu kalau DN Aidit adalah salah satu tokoh
pendiri organisasi keagamaan "Nurul Islam". Dan yang paling pasti,
mungkin Mas Pongky ndak tahu kalau "Komunis=Atheis" sebenarnya hanyalah
propaganda rezim Orde Baru.
Saya tahu kok mbak, kalau kaos palu
arit yang mbak pakai itu adalah kaos kenang-kenangan hasil tukar suvenir
dengan mahasiswa asing dari Association Internationale des Etudiants en
Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC).
Ndilalah mbak
berkesempatan untuk bertukar souvenir dengan mahasiswa asal Vietnam.
Mbak ngasih batik, dan dia ngasih kaos palu arit itu. Jadi mbak Anin
aslinya sama sekali tak bermaksud ingin menyebarkan paham komunis. Toh
mbak sendiri mengakui, bahwa sampeyan adalah seorang Pancasilais.
Sebagai
seorang kawan, tentu mbak rikuh jika tak memakai kaos palu arit hasil
pemberian itu, Mangkanya untuk menghormati dan menyenangkan hati si
pemberi suvenir, mbak lantas memakai kaos itu dan mempostingnya di
sosial media.
Saya paham akan kondisi ini mbak, mangkanya saya
ndak ikut-ikutan menghujat mbak seperti kebanyakan masyarakat kita yang
masih phobia sama komunis itu.
Bagi saya, ini tak ubahnya seperti acara tukar kostum para pemain
sepakbola
sehabis berlaga. Sebagai penggemar berat Manchester United, saya sangat
benci dengan Manchester City. Namun jika dalam sebuah laga derby saya
melihat Wayne Rooney bertukar kostum dengan pemain City dan kemudian
memakainya, tentu saya tak lantas harus membenci Rooney.
Tapi
sayang mbak, banyak masyarakat kita yang menganggap tukar kaos yang mbak
lakukan ini tak sesimpel tukar kostum di pertandingan
sepak bola, katanya ini lebih sensitif, karena menyangkut luka masa lalu bangsa ini.
Saya
sih hanya mesam-mesem saja mbak, Persetan dengan luka masa lalu. Lha
Kalau alasannya memang murni karena luka masa lalu, trus kenapa mereka
bisa sebegitu mempermasalahkan kaos bergambar logo palu arit, padahal di
satu sisi, mereka diam saja ketika melihat banyak orang menggunakan
kostum orange Van Persie atau kostum Jepangnya Shinji Kagawa. Luka masa
lalu, heh? Luka masa lalu kok pilih-pilih.
Disitu kadang saya merasa asu, mbak...
Mbak,
Saya sebenarnya pengen sekali mbelani mbak Anin, tapi mau bagaimana
lagi, apalah saya ini mbak. Hanya katengbat kopok kuping, yang hanya
merasakan kepahitan, dan selebihnya dibuang.
Lagipula, sampeyan
juga salah sih mbak. Saya jadi bingung mau menggunakan argumen yang mana
untuk mbelani sampeyan. Karena secara hukum, logo palu arit memang
masih terlarang di negeri ini. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 27
Tahun 1999 tentang Pelarangan atau menggunakan dan mengembangkan ajaran
komunis di Indonesia, menyatakan bahwa atribut komunis memang dilarang
di Indonesia.
Tapi tenang mbak, sebagai pria sejati pelindung
kaum hawa (apalagi yang cantik dan sintal seperti mbak Anindya), saya
jelas tak akan membiarkan mbak melewati permasalahan ini tanpa
memberikan sedikit masukan untuk mbak.
Jadi begini, kalau memang
mbak Anin masih ngebet untuk memakai kaos palu arit, namun tidak ingin
dianggap sebagai antek komunis. Caranya gampang mbak. Cukup tambahkan
sablonan gambar linggis, cetok, tang, dan cangkul di sekeliling gambar
palu arit di kaos mbak itu. Semakin banyak gambar perkakas yang mbak
tambahkan, semakin berkurang pula kadar marxis sampeyan. Syukur-syukur
kalau sampeyan mau menambahkan tulisan "TB. BAJA MULYA" di bawah
gambar-gambar perkakas tadi. Dijamin, Mbak Anin akan terhindar dari
bahaya nyinyir laten kapitalis.
Selamat mencoba ya mbak Anin,
kalau butuh tukang sablon, silahkan hubungi saya, saya punya referensi
yang bagus. Baik yang sablon digital maupun yang gesut.
Salam dari saya, Agus Mulyadi, anggota tidak tetap Marxis Manja Group.
*Penulis adalah blogger asal Magelang, Jawa Tengah. Cita-citanya sementara ini mendapat istri yang setia.
Baca juga:
Gara-gara kaos palu arit, Puteri Indonesia dipolisikan FPI
FPI laporkan Putri Indonesia 2015 ke Polisi
FPI: Pakai kaos kalimat syahadat ditangkap masa pakai kaos PKI tidak
FPI polisikan Puteri Indonesia karena pakai kaos gambar palu arit
Anindya Kusuma, Puteri Indonesia 2015 mengaku stres dihujat
Setelah jadi Puteri Indonesia, foto palu arit Anindya bermasalah
[war]